Menetapkan dan Menafikan Nama-Nama dan Sifat-Sifat Allah
Bersama Pemateri :
Ustadz Muhammad Nur Ihsan
Menetapkan dan Menafikan Nama-Nama dan Sifat-Sifat Allah adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Muhammad Nur Ihsan, M.A. dalam pembahasan Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah Tentang Nama-Nama Allah dan Sifat-SifatNya. Kajian ini disampaikan pada Jum’at, 7 Safar 1442 H / 25 September 2020 M.
Kajian Tentang Menetapkan dan Menafikan Nama-Nama dan Sifat-Sifat Allah
Didalam bertauhid, maka hendaklah terpenuhi dua perkara, yaitu:
- Al-itsbat, yaitu kita menetapkan sesuatu yang ditetapkan oleh Allah, begitu juga yang ditetapkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, ini kita tetapkan, kita imani dan kita yakini.
- Menafikan (an-nafyu) sesuatu yang dinafikan oleh Allah dan RasulNya.
Maka aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah di dalam mengimani nama-nama dan sifat-sifat Allah, mereka menetapkan apa yang ditetapkan oleh Allah dan RasulNya dan menafikan apa yang dinafikan oleh Allah dan RasulNya. Itulah hakikat tauhid yang sesungguhnya.
Lihat juga: Penjelasan Aqidah Aswaja
Jadi kalau kita menetapkan saja, itu secara makna belum dinamakan tauhid yang tulus. Atau menafikan apa yang dinafikan oleh Allah, itu belum juga dinamakan tauhid yang tulus. Maka tauhid itu terdiri dari penetapan dan penafian. Menetapkan sesuatu dan menafikan sesuatu.
Contohnya adalah kalimat tauhid Laa Ilaaha Illallah. Di situ ada dua perkara, dua landasan utama, dua hal yang wajib diyakini dan terpenuhi, jika tidak maka tidak dinamakan tauhid yang sesungguhnya. Makanya ada Laa Ilaaha, ini menafikan. Adapun Illallah, ini menetapkan.
Lihat juga: Syarat-Syarat Laa Ilaaha Illallah
Kalau ada orang yang mengatakan misalnya “Muhammad pemberani”, ini menetapkan sifat pemberani bagi Muhammad. Akan tetapi redaksi tersebut tidak menafikan keberanian itu dari orang lain. Muhammad berani, tapi orang lain pemberani juga.
Akan tetapi bila dikatakan “tiada yang berani kecuali Muhammad”, ini secara spesial keberanian itu hanya dimiliki oleh Muhammad. Secara bahasa, ini namanya mentauhidkan. Artinya keberanian itu khusus bagi Muhammad.
Saya ingin jelaskan ini terlebih dahulu agar kita memahami hakikat tauhid. Tatkala mengatakan tauhid uluhiyyah, tauhid asma’ wa shifat, sama teorinya, sama pemahamannya.
Maka didalam tauhid asma’ wa shifat ada penetapan dan ada penafian. Apa yang ditetapkan? Yaitu apa yang telah ditetapkan oleh Allah dan RasulNya. Apa yang dinafikan? yaitu apa yang telah dinafikan oleh Allah dan RasulNya. Kita pahami poin ini terlebih dahulu.
Maka didalam aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah ada namanya penafian dan penetapan, mengimani dan mengingkari. Yang diimani adalah apa yang dijelaskan oleh Allah dan RasulNya, diingkari juga apa yang diingkari oleh Allah dan RasulNya. Ini kaidah dan prinsipnya. Setelah itu kita akan menjelaskan apa saja yang harus diwaspadai dalam hal ini.
Menetapkan nama-nama Allah
Ahlus Sunnah wal Jama’ah di dalam bab asma’ wa shifat, mereka menetapkan nama-nama yang Allah tetapkan bagi diriNya dan juga yang ditetapkan oleh Rasulullah bagi Allah di dalam Al-Qur’an dan di dalam hadits-hadits yang shahih.
Mengimani sifat-sifat Allah
Mengimani sifat-sifat yang tertera dalam Al-Qur’an dan hadits-hadits. Ini penetapan.
Menafikan sifat-sifat kekurangan
Menafikan sifat-sifat kekurangan yang Allah nafikan dari diriNya dan juga yang dinafikan oleh Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dari diri Allah Tabaraka wa Ta’ala.
Kita mendapatkan dalam Al-Qur’an dan hadits sifat-sifat yang Allah tetapkan dan itu semua sifat kesempurnaan secara mutlak dan juga kita mendapatkan dalam sebagian ayat dan hadits penafian terhadap sifat-sifat kekurangan karena Allah Maha Suci dari sifat kekurangan tersebut.
Didalam mengingkari tersebut, disertai dengan penetapan kita terhadap sifat-sifat yang berlawanan dengan sifat-sifat kekurangan tadi. Kenapa Allah sucikan diriNya dari sifat-sifat kekurangan? Yaitu karena Allah memiliki sifat-sifat sempurna yang merupakan lawan dari kekurangan tadi.
Contohnya Allah menafikan dalam Al-Qur’an:
لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ
“Allah tidak mengantuk dan tidak tidur.” (QS. Al-Baqarah[2]: 255)
Maka kita nafikan juga, Ahlus Sunnah mengatakan Allah tidak tidur, Allah tidak mengantuk. Kemudian kita yakini, kenapa demikian? Karena Allah memiliki kehidupan yang sempurna, yaitu:
اللَّـهُ لَا إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ
“Allah, tidak ada Rabb yang berhak disembah melainkan Dia Yang Maha Hidup dan berdiri sendiri lagi terus menerus mengatur urusan hambaNya.” (QS. Al-Baqarah[2]: 255)
Ini dijelaskan lebih luas dalam contoh-contoh yang akan disebutkan.
Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download dan simak mp3 kajiannya.
Download MP3 Kajian
Podcast: Play in new window | Download
Untuk mp3 kajian yang lain: silahkan kunjungi mp3.radiorodja.com
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/49102-menetapkan-dan-menafikan-nama-nama-dan-sifat-sifat-allah/